Thursday, September 27, 2007

Adatku Sekarat


dulu...
duluu sekali
kata orangtua kita yang hidupnya lebih dulu
kala itu...

dulu...
memang waktu dulu
dunia masih hitam putih
meski tetanaman tetap menghijau
walau kembang-kembang tetap bermekaran warna warni
dan purnama tetap menyungging kuning gading di paras langit gulita

dulu...
masih yang dulu
kala sungai-sungai di kampung masih jernih dan berlimpah
cericit dan kicauan burung riang mengitari kediaman dan bantaran nun sejuk
kampung masih perawan
masih bersih dari tv
masih suci dari hasrat konsumeris
kala telapak-telapak kaki tak beralas karet dan limbah sintetik
rumah berdindingkan pelepah gaba-gaba beratapkan rumbia
bocah-bocah bermain riang di tengah alam yang ramah

dulu...
ibuku berkisah
tak ada fashion apalagi citra selebriti taik kucing
anak perawan tetap alami dari salon kuku dan rambut
tetap cantik walau tak berpoles gincu pabrik
tak ada dugem

dulu...
kakekku mendikte sejarah
kehidupan berjalan harmonis
mikrokosmos masih menghargai eksistensi makrokosmos
dunia tenteram
tak berhasrat dalam benak untuk mencabik-cabik
denaturalisasi, desakralisasi, dehumanisasi belum mewacana
sementara perilaku yang baik-baik mentradisi
turun temurun dan melekat menjadi identitas budaya
karena ia sebagai konvensi bersama kala itu hingga hari berganti,
masa bertukar warna
tradisi membentuk sistem tradisi menyesuaikan dengan masyarakat yang membentuk sistem kehidupannya
tradisi menelisik membentuk ideologi
tradisi bertukar logos dengan adat
adat menjadi permainan tanda yang menyejarah
dan adat akan melalui fase perjalanan sejarah yang sarat dialektika
kisah adat menjadi terbuka untuk dikaji sebagai konsekuensi historisitasnya

kini kisah adat telah berganti rupa bertukar watak
kisah hitam putih telah disikat opera warna-warni sebagai lokus eksistensinya di masa kekinian
adat dipaksa mereformasi watak dan mitologi
adat adalah sebuah tanda budaya
sementara dunia yang sarat dialektika sekarang menawarkan permainan tanda yang berseliweran buas
tanda menerkam tanda
tanda yang stagnan akan diterkam tanda agresif
itulah kekinian kita

kalau dulu...
itu sudah berlalu
sekarang tanda kehidupan berbalik arah
serba paradoks
adat kita telah bercengkerama dengan realitas kekinian
dan itu tak bisa dihindari
tak bisa ditolak
karena itu adalah keniscayaan sejarah

kini...
jangan heran ketika adat kehilangan elan vitalnya
adat kehilangan identitasnya yang supreme
adat menjadi sketsa lapuk dimakan usia
adat kehilangan konteks dan semangat zaman
adat menjadi ritual yang formalistik
hampa substansi
anak-anak adat tak kuasa berpuasa diri
tak tahan konsisten dengan dogma adat yang menjunjung tinggi etika kehidupan
karena ana-anak adat kini hidup dalam dunia yang menawarkan dimensi etika baru
etika global yang materialistik
etika materialistik yang kanibalistik dan hedonistik
akhirnya mencetak diri macheavilianistik dan kapitalistik
lipstik
etika yang menggerogoti ketahanan etika primordial
melahirkan alienasi besar-besaran
jiwa terpecah
mental hipokrit
candu...
anak-anak adat teralienasi diri
menjinjing identitas adat lama namun berperilaku adat baru
skizofrenia...
inilah penyakit zaman kita
adat lama yang anti dugem dan mengharamkan pesta pora ala binatang
kini anak-anak adat sendiri yang men-type-X sendiri aturan-aturan sakralnya
akhirnya adat lama hanya menjadi siulan penghibur penat di tengah hingar bingar kontestasi kampung global
ia dipajangkan sebagai hiasan
dalam musium peradaban kemanusiaan hari besok
karena anak-anaknya sendiri yang mendua dalam memapahnya

besok...
mungkinkah adat kita seindah dulu yang penuh nilai-nilai kebajikan?
ataukah metamorfosisnya yang dipaksakan zaman menjadi layak disimpan jadi abu?
jadikan itu sebagai pekerjaan rumah bersama kita

Baca Selengkapnya...