Thursday, August 14, 2008

Bidadari dari Moro

Namanya Nawal Muhajirah. Gadis berdarah Mindanao ini baru seminggu lalu kukenal. Ia mengenakan jalabiyah. Ia bercerita mengenai asal keluarganya panjang lebar kepadaku di terminal Daya saat istirahat menunggu panggilan berangkat oleh supir bis menuju Palopo. Sebenarnya Nawal sudah agak lama tinggal di Indonesia, ya di Sulawesi Selatan. Sejak tahun 2000 kemarin ketika terjadi invasi militer yang massif oleh tentara pemerintah Filipina yang kemudian menyulut perang dengan mujahidin MILF, Nawal dan beberapa sanak keluarganya bertolak menuju Indonesia. Kebetulan orang tua Nawal punya sahabat seperjuangan yang bernama Arifuddin Egal Hamzah orang Bugis, pernah nyantri bareng untuk latihan para militer bersama mujahidin Afghanistan sekaligus veteran perang melawan kaum kafir Uni Soviet sekitar tiga puluh tahun silam. Sekarang mereka tinggal di rumah sahabat ayahnya itu di Palopo.


Nawal datang ke Indonesia untuk melanjutkan pesantrennya. Ia sudah bisa berbahasa Indonesia dan kami berta'aruf sekitar satu jam. Nawal itu perempuan yang memiliki karakter yang kuat, tergambar dari ketegasan ucapannya, tutur kata yang sopan dan lembut dan satu hal lagi yang terekam sebagai kesan pada pandangan pertama, Nawal itu gadis yang amat manis. Wajahnya ayu, kulit hitam manis, senyumnya wahh, membuat ekor mataku tak sanggup berkedip. Matanya indah. Tubuhnya tertutup jilbab.

Awal berkenalan, sebenarnya kebetulan saja. Aku duduk tak jauh dari situ menunggu kawanku yang akan tiba dari kampungnya. Nawal ditemani ibu Aslamiyah, wanita paruh baya kerabat dekat pak Arifuddin. Tak sengaja aku iseng-iseng bertanya "mau ke mana ki?..." akhirnya jawaban dari iseng-iseng itu berlanjut cerita dan perkenalan. Memang walaupun Nawal adalah muslimah yang terkesan eksklusif dari penampilannya, namun ia menunjukkan inklusifitasnya dengan meruapkan nalar komunikasinya apa adanya dengan tetap menjaga suasana yang nyaman dan beradab. Akhirnya sahabat dan kenalan baruku akan segera berangkat. Tak lupa kami bertukar nomor ponsel masing-masing. Ia ke Makassar untuk mengurus pendaftaran ulangnya di Unhas setelah diterima lewat jalur bebas tes. Kini ia akan pulang ke Palopo dan akan balik lagi. Selamat jalan, semoga selamat sampai di rumah, amin. Aku sendiri masih menunggu kawanku yang belum datang juga.

Baca Selengkapnya...