Tuesday, November 18, 2008

Ceracau Demokrasi

Ada dua hal yang ingin saya tuliskan mengenai demokrasi. Secara umum konsep demokrasi sudah banyak yang diulas orang panjang lebar. Tulisan ini hanya sekedar ceracau. Ceracau menurut saya karena tulisan ini seperti orang sedang meracau. Jadi tulisan ini menghendaki permakluman yang banyak dari siapapun yang membacanya. Pertama, demokrasi sebagai produk kultural renaissance & revolusi prancis pd bbrapa abad lampau, adlh suatu konsep dan sistem politik yg pd masa itu posisinya sprt messiatic ideas, inspiration of freedom bagi rakyat di eropa yg pd masa itu sdang dirundung tirani feodal. kehadiran demokrasi dipercaya akan ampuh dan memang terbukti keampuhannya menggulingkan sang tiran king Louis beserta Bastille Prison-nya. So, ketika pada masa sekarang, ide, konsep dan sistem demokrasi yg berakar pada dinamika sosial politik eropa masa lalu itu kemudian ditemukan banyak aspek anomali dan kerancuannya dengan ukuran2 zaman kini, maka pertanyaan yg muncul adalah apakah adil bagi kita yg hidup di masa sekarang dengan kekompleksan konteks sosial historis, sosial politik dan sosial kebudayaan beserta dinamika peradabannya untuk menghakimi sebuah ide, konsep dan sistem politik yg pada masanya(abad ke-17M dan ke-18M)sempat menjadi ide, konsep, dan sistem messiatik (pembebasan) yg populer bagi rakyat secara umum di eropa dan kemudian di amerika saat revolusi amerika serikat di dekade kedua abad ke-18 itu?

Apakah tepat bagi kita untuk menghabisi sebuah kecanggihan (demokrasi) pada masanya dengan standar kecanggihan masa kini? Apakah tdk ada kemungkinan penafsiran ulang demi penyesuaian peri kehidupan untuk mengisi kekosongan akibat gap sejarah yg kemudian melahirkan bias euro anglo saxon dlm penguniversalan agenda demokratisasi atas para nation state yg menggandrungi demokrasi pasca perang dunia II itu?Nyatanya memang skarang ini kan telah terjadi adaptasi konsep demokrasi yg bisa disesuaikan penggunaannya, walau untuk hal ini pun masa ada saja bias anglosaxon democracy, contoh nyatanya adalah ketika indonesia selalu didikte cara memakai 'busana' demokrasi gaya koboi. padahal demokrasi secara teoritis bisa dicarikan sari interpretasinya dari langgam kultural lokal asli made in indonesia saja. namun begitulah sisi anomali demokrasi modern, arogan dan seolah2 benar.

Kedua
,demokrasi secara teoritis, oleh Aristoteles dikatakan sebagai konsep politik yg amat buruk, sekelas jeleknya dengan model tirani dan oligarki. yg terbaik menurut Aritoteles adalah model politik aristokrasi, kerajaan dan polity. Pilihan Aristoteles atas model kerajaan, aristokrasi dan polity adalah sebagai hasil refleksi filosofis atas konteks sosial politik Athena masa itu yg sedang dirundung nasib sial kehancuran oleh rezim militeristik sparta pada perang panjang Pelopenosse antara Athena dan Sparta. Athena kalah dan kekalahan itu diratapi oleh Aristoteles dengan mengutuk model demokrasi sebagai yang mendasar dlm sebab-sebab keruntuhan Athena. Sebelum keruntuhan itu Athena sementara mempraktekkan model democratic langsung. Jatuhnya wibawa demokrasi pada masa itu kemudian terbalik lagi ketika demokrasi diapresiasi kembali oleh massa rakyat tertindas di eropa di bawah para punggawa intelektual seperti Jhon Lock,Rousseau, Montesquie dll. Ketika demokrasi di abad ke-20 dan 21 dijadikan 'agama' politik global oleh Amerika Serikat dan komplotan baratnya secara hegemoni dan intervensi atas negara-negara lain yang secara ekonomi sangat lemah,maka demokrasi kemudian teridentifikasi sebagai bagian dari akar penyebab ketidakadilan sistemik yg mengglobal ini. Carut-marutnya dunia akibat homogenisasi bangsa-bangsa melalui demokrasi barat menjadi alasan kuat penolakan dan perlawanan atas demokrasi. Kalau demokrasi pada abad ke 20 dan 21 menjadi bagian dari biang kerok kerusakan tatanan peri kehidupan manusia di dunia, maka hukum siklus sejarah kapitalisme sebgai saudara kandung demokrasi barat (liberal)tampaknya akan berlaku seperti ditulis oleh Ernest Mandel dan David Gordon mengenai teori longwaves dimana periodesasi pertumbuhan yang tinggi (boom) selalu diakhiri dengan krisis (burst)dan terjadi berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu.Perkembangan kapitalisme selalu seiring dengan perkembangan saudara kandungnya demokrasi (liberal). Bisa juga dikatakan demokrasi (liberal) membutuhkan substrat kapitalisme untuk mengembangkan diri. Akhirnya efek destruksi itu berpeluang memunculkan antitesis sistem alternatif yang bisa menawarkan tata dunia yang lebih baik. Wacana dan perjuangan Sistem Khilafah Islam yang diusung sebagian umat Islam (HT)bisa dibaca sebagai tawaran alternatif atas kebobrokan sistem demokrasi(liberal)barat saat ini.Sebuah tawaran di antara kontestasi banyak tawaran alternatif yang sementara diperjuangkan umat manusia di muka bumi. Mulai dari sosialisme dengan berbagai versi sampai anarko sindikalisme dan anarko komunis. Apakah dengan fenomena ketidak adilan dalam sistem yang berparadigma demokrasi (liberal)barat ini kemudian menjadi pembenaran bagi penghakiman demokrasi sebagai ide, konsep dan sistem politik yang sudah pantas dikaramkan di lautan atlantik? Ataukah jangan sampai kesalahn itu terletak bukan pada tataran teoritisnya akan tetapi itu merupakan kesalahan implementasi ketika sebuah konsep yang canggih tidak siap diterima dan dipraktekkan menjadi sebuah sistem pemerintahan, kesalahan itu terletak pada belum matangnya budaya politik warga negara? Wallahu a'lam

Salam anak muda...
masukkan saja konsep Demokrasi Liberal itu ke dalam kloset

Baca Selengkapnya...

Saturday, November 01, 2008

Anarko Hutan Rakyat

Terkadang orang salah mempersepsikan konsep anarkisme. terkesan chaotik,lawless etc... anarkisme sdh mnjadi mainset sebagian dari sejarah sosial d beberapa t4 d eropa n latin ameriko,dia berkembang memang berdasar lokus konteks sosial politiknya di sana. walau begitu, adopsi tdk jd soal, karena di mana2 itu adlh lumrah saja. anarkisme hijau misalnya, mirip2 dngn konsep community forestry(CF) d filipina n indonesia (but bukan a la HKm yg reduktif n pemerintah bangget itu, hehee...) CF d indonesia masih malu2 kesannya u/ diterapkan. pemerintah masih mendua. karena blundernya pada soal alas hak atas lahan (tenure compleks ). di chiapas meksiko lebih maju karena domain hutan n lahan dipagari betul dri pemerintah. di situ tak berlaku aturan pemerintah.uniknya, mereka bisa mengelolanya dng baik, kerusakan tdk bakalan krn tak ada akses korporatokrasi ke dalamnya. tak seperti di indonesia, pemodal main babat sana sini, pemerintah yg kuatkan legalitasnya, lalu rakyat pemilik negara ini tersisih, miskin2. hancurnya lagi, kelas intelektual (teknokrat, akademisi)menjadi selingkuhannya, hahahaaaaaa.....

Anarkisme pada prinsipnya adalah anti sistem, anti aturan, anti birokrasi, anti yang namanya keberadaan pemerintah. bukan berarti amburadul. Anarkisme memang begitu. Biar begitu, ada mekanisme yg dibangun sendiri secara internal untuk 'meregulasikan' solidaritas mereka atas sektor produksi ekonomi dan keegaliteran sosialnya tapi berbeda dng realitas birokratisme dan instrumentalisme yang umum. konteks kehutanan indonesia, sejarah membuktikan bahwa banyaknya regulasi dari pemerintah sejak tahun 1960-an sampai sekarang dlm bidang kehutanan selalu saja memarginalkan komunitas rakyat penghuni hutan, padahal secara hukum adat hampir setiap jengkal tanah di indonesia ini sudah terbagi habis buat rakyat.kasus Dongi2 Sulteng, kasus batas lahan Kepong Damar Lampung,Jambi, Kaltim, dll adlh bagian dari potret pemarginalan rakyat oleh pemerintah. banyaknya regulasi itu lebih kepada pelayanan yg manis kepada pihak pemodal hutan, tambang dan kebun sawit. mono interpretasi hak domain lahan menjadi sindrom akut yg diidap oleh pemerintah sejak dulu sampai sekarang.

Maka berikan saja hutan itu kepada rakyat, kepada komunitas adat biar mereka sendiri yg menentukan masa depan bumi dengn kearifan2 konteks lokalnya tanpa aturan pemerintah. sok modern-nya pemerintah dng dominasi tools, instrument n positivical methodic-nya sebenarnya yg mendesakralisasikan alam yg ujung2nya petaka yg d saat sekarang baru (seolah-olah) muncul policy, regulasi dan proyek baru untuk me-re... setelah meng.... anarkisme memberi arti bahwa komunitas adat dan rakyat yg menghuni dan memanfaatkan hutan di tanah air sebenarnya tdk membutuhkan negara ini. Tdk adanya negara, hutan dan kehidupan mereka yg harmonis dng alam tetap mesra dalam kearifan. Akan tetapi fakta memberi kita pelajaran bahwa semenjak ada negara, lembaga sosial kultural rakyat didekonstruksi menyeragam dalam monokulturisme feodal Jawa. Tanah dan hutan yg menjadi langgam hidup rakyat direbut dng power oleh negara atas nama pembangunan. so,kehadiran negara berarti ancaman bukan rahmat bagi rakyat.Karena itu, (jangan terburu-buru, hehe...) bubarkan NEGARa ...?

Baca Selengkapnya...