Tuesday, January 29, 2008

Beginilah Pilihan

Aku selalu bingung. Bingung kalau ingatanku menoleh lagi. menengok arsip perkaderanku di HMI (MPO). Selama ini aku mencari wadah pelarian. Mencari penyambung aspirasi dan nalar berorganisasi. Mencari kesibukan lain. Asal jangan urusan hijau hitam. Aku kadang merasa bersalah. Sering pula jengkel. Bersalah dan jengkel berganti-ganti. Tergantung mood dan cuaca apa di tamalanrea. Tahun lalu aku dipecat di HMI. Yaa dipecat bukan lantaran tindak kriminal. Bukan karena aku menjual HMI untuk proyek. Bukan pula karena aku merampok kekayaan harta HMI di tangan bendahara. sekali lagi bukan karena aku korupsi. aku dipecat dengan dalih yang lucu dan tolol. Aku dipecat dengan argumen yang bagiku contradictio in terminus. Aku dipecat pada Februari 2007.


Mula-mula aku tidak begitu terbebani dengan masalah ini. Tidak terbebani lantaran pada saat itu aku ikuti langkah kawan-kawan se-gerbongku. Langkah yang bagiku pula terlalu naif karena menolak melakukan banding sebagaimana mekanisme dalam konstitusi Kongres Palu. Saat itu aku ikut termakan euforia yang nantinya kebablasan juga di bilik tahun berikutnya. Aku betul-betul bingung. Batinku komat-kamit ingin meludahi dua carik kertas SK pemecatan itu. SK pemecatan yang argumennya teramat lemah. Kentara sekali aura pertarungan dan intervensi kepentingannya. Ibarat skenario drama, bagiku keputusan pemecatan itu sudah di tangan tinggal dicari alasan-alasan dan rasionalisasi ini itu sampai dengan Tim Investigasi (seperti kriminal di TV). namun itu hanya untuk menjadi bahan penguat keputusan yang sudah dipatok itu. sebenarnya waktu itu mau kuajukan surat bandingku ke sana (sekrettariat tempat SK itu keluar). Tapi lagi-lagi aku termakan euforia kawan-kawan yang salah perhitungan menolak banding .Akhirnya memang betul, yang namanya hitam di atas putih harus di-counter pula dengan hal serupa, bukan dengan cara verbal. Akhirnya setahun telah berlalu.


Aku masih bersikukuh akan kelemahan SK itu. Tapi apa daya SK itu masih tetap berlaku kekuatan hukumnya. Masih legitimate atas status keanggotaanku yang dicabut. Satu-satunya cara untuk kembali menjadi anggota HMI sesuai konstitusi adalah ikut BasicTraining ulang. kembali mulai dari nol setelah empat tahun menjadi kader. aku yakin SK itu sangat lemah, namun rupanya dugaanku terbukti. Karena wacana sengketa kepentingan membuntuti tragedi pemecatan 13 kader aktif termasuk.aku. kupikir dipertimbangkan untuk didaftarkan ke MURI sebagai prestasi memecat kader. Tepuk sorai dan gegap gembira harus mengiringi totolan stempel pengesahan pemecatan itu. Pemecatan yang tendensius tanpa teguran keras keq, tamparan awal keq, langsung saja main sikat, PECAT...!!!! aku teringat kisah kaum Yahudi dalam literatur yang pernah kujumpai. Bahwa untuk mereka, syari'at Musa as menjadi niscaya tegas, kaku dan 'sadis'. Cara bertobat saja harus bunuh diri. begitulah nasib yahudi yang sangat kaku dalam memvonis. lain Yahudi lain Kristiani. Isa as mengemban risalah kelembutan, kasih... Muhammad saw sebagai al wasath, antara keras, tegas, 'sadis' dengan kasih dan kelembutan.antara syariat Musa dan syariat Isa. batinku meledek, bukankah syariat Musa sudah kadaluarsa..? masihkah cara itu ada dan dipraktikkan di zaman postedan ini..?


Waktu terus berputar.... Kongres Palu pun telah berestafet ke Kongres Jakarta Selatan beberapa bulan lalu. tentu aku ahistoris kini dengan konstitusi baru. Namun itu tak menjadi soal. oleh karena pemecatanku menggunakan konstitusi Palu yang sebenarnya saat itu aku menjadi intens mengkajinya, terutama yang berhubungan dengan soal-soal kepemecatan, kestatusanggotaan dan pendirian sebuah cabang HMI yang baru. untuk yang terakhir inilah alasan aku dipecat. Sayang...aku dipecat lantaran mendirikan sebuah cabang baru. aku dipecat gara-gara HMI Cabang Makassar Raya dideklarasikan pada Februari tahun kemarin. mudah-mudahan ada yang membaca tulisan ini kemudian melaporkannya kepada si Mr. Pecat. Tapi masalahnya pecat itu sudah basi. orang sudah bukan anak HMI koq!!! bisakah non anggota HMI dipecat lagi..? kayak ORBA saja. lawan asas tunggal siap penyok diinjak sepatu laras atau di-PulauBurukan. mendirikan sebuah cabang HMI untuk memperluas jaringan HMI itu sendiri malah di'Boven Digoel'kan. Bingung.... Kalau begini jadinya, maka aku mendapat sebuah pelajaran nyata. Bahwa manusia, siapapun orangnya belum tentu adil dan arif bijaksana dalam sikap dan apalagi sebuah keputusan. Walau dia sendiri terlampau yakin akan keadilan dan kebijaksanaannya. Karena kuyakin bahwa pelajaran ini mengajariku satu hikmah. Bahwa keadilan dan kebijaksanaan yang dijamu kepada kita kebanyakan hanyalah imitasi. Dacing simulakrum. Biarkanlah hal ini menjadi guru berharga bagiku...Semoga kawan-kawanku yang masih aktif di HMI tidak dipecat lagi lantaran berbeda pendapat dengan pemegang kekuasaan. Lawan otoriterisme di mana saja...! Sappere aude...!


.

Baca Selengkapnya...